DENGARKAN BERITA DISINI!
Marga Kencana - Setiap tanggal 10 Dzulhijah, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan Hari Raya Idul Adha. Dalam kalender Islam, Idul Adha merupakan salah satu dari dua hari raya besar, selain Idul Fitri. Namun, Idul Adha memiliki nilai sejarah dan spiritual yang sangat mendalam karena berkaitan erat dengan pengorbanan, ketakwaan, dan keikhlasan kepada Allah SWT.
Asal Usul Idul Adha: Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail
Idul Adha berakar dari kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS, sebagai bentuk ujian ketaatan. Tanpa ragu, Nabi Ibrahim siap melaksanakan perintah tersebut. Nabi Ismail pun menunjukkan keikhlasan luar biasa, berserah diri sepenuhnya kepada kehendak Allah.
Ketika Nabi Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai bukti bahwa ketaatan mereka telah diterima.
Kisah agung ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah As-Saffat:
فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. As-Saffat 103-105).
Peristiwa ini menjadi simbol ketaatan mutlak kepada Allah dan menjadi dasar disyariatkannya ibadah kurban dalam Islam.
Ibadah Kurban: Wujud Kepedulian dan Ketakwaan
Salah satu amalan utama yang dianjurkan pada Idul Adha adalah menyembelih hewan kurban, seperti kambing, sapi, atau unta. Ibadah ini dilakukan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah dan juga sebagai cara untuk meneladani sikap Nabi Ibrahim.
Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan bahwa yang paling utama dari kurban bukanlah daging atau darahnya, melainkan ketakwaan:
لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ كَذٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaanmu. Demikianlah Dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Berilah kabar gembira kepada orang-orang yang muhsin. (QS Al-Hajj 37).
Daging kurban ini dibagikan kepada:
-
Keluarga yang berkurban,
-
Kerabat dan tetangga, serta
-
Fakir miskin, agar semua kalangan dapat merasakan kebahagiaan.
Pelaksanaan Salat Idul Adha
Idul Adha juga diawali dengan Salat Id yang dilaksanakan pada pagi hari, tanggal 10 Dzulhijah. Salat ini dilanjutkan dengan khutbah yang mengingatkan umat tentang nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, serta pentingnya menjalin solidaritas sosial di masyarakat.
Idul Adha dan Ibadah Haji
Idul Adha bertepatan dengan hari ke-10 pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci, yaitu ketika para jamaah haji melakukan penyembelihan hewan kurban di Mina. Oleh karena itu, Idul Adha juga disebut sebagai Hari Raya Haji. Momentum ini menjadi pengingat bagi umat Islam yang belum menunaikan haji untuk terus mempersiapkan diri lahir dan batin menuju Baitullah.
Nilai-Nilai Penting Idul Adha
Idul Adha bukan sekadar perayaan, melainkan pengingat tentang nilai-nilai luhur:
-
Ketaatan dan Keimanan
Nabi Ibrahim dan Ismail menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada perintah Allah, meskipun berat dan menguji perasaan.
-
Keikhlasan dalam Beramal
Kurban dilakukan dengan hati yang ikhlas, bukan untuk pamer atau mendapatkan pujian.
-
Pengorbanan yang Tulus
Semangat kurban adalah berani melepaskan sesuatu yang dicintai demi kebaikan yang lebih besar.
-
Kepedulian Sosial
Melalui pembagian daging kurban, tercipta solidaritas sosial dan keadilan ekonomi di tengah masyarakat.
Idul Adha di Tingkat Tiyuh: Momentum untuk Kebersamaan
Di lingkungan pedesaan, pelaksanaan kurban seringkali menjadi momen penting yang mempererat gotong royong dan silaturahmi antarwarga. Warga bergotong-royong dalam proses penyembelihan, pengemasan, hingga pembagian daging kurban. Ini menjadi momen edukatif terutama bagi generasi muda untuk belajar nilai kepedulian dan berbagi.
Perayaan Idul Adha setiap 10 Dzulhijah bukan hanya sekadar ritual, tapi sarat makna spiritual dan sosial. Semoga kita bisa meneladani semangat pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dalam kehidupan sehari-hari - taat kepada Allah, peduli terhadap sesama, dan ikhlas dalam berbuat kebaikan.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H
Mari jadikan Idul Adha sebagai momentum memperkuat iman, mempererat persaudaraan, dan memperluas kepedulian.